lundi 11 décembre 2017

un deuil (ÉCRIT EN INDONÉSIEN)



Allah belum (atau mungkin nggak) izinkan saya lulus tahap C1.

Sudah kuduga bahwa saya tidak akan berhasil kalo belajar sendiri tanpa guru. Saya memang tidak bisa belajar sendiri karena... selalu ada distraction selama ini; tapi distraction tersebut selalu datang dari juniorku yang tiba2 minta diajarin DELF B2 (cara memintanya pun tidak sopan, yaaa jelas saja waktu itu saya marah besar) sedangkan saya juga dapat DELF B2 tanpa mempelajari level itu sebelumnya dan dia malah memaksa. Namun seiring berjalannya waktu, kemampuan ini mulai memudar dan saya sangat tidak terima kejadian ini. Melupakan bahasa Perancis adalah suatu hal terburuk yang pernah saya lakukan. Mungkin biar nggak lupa, saya harus siap2 freelance, apalagi jika institusi yang saya inginkan tidak mau menerima saya.

Saya bukannya mau menghambat ilmu seseorang, tetapi saya saat itu sangat stress mengingat gangguan yang terus ada. Saya benci bila harus ngomong "sibuk dan tidak bisa diganggu" ke beberapa orang tertentu yang hobinya menggangguku (e.g: a man from Arab wants to text me all the time but I don't even want to talk to him). Meskipun saya mempersiapkan DALF C1 sambil mengajar bahasa Perancis, it won't even help me to gain C1. And I have to admit that... sekalipun itu sulit yaaaa kesulitan tersebut adaaaaaaa terus di pikiranku.

Entah bulan Maret 2018 saya mau DALF C1 lagi atau tidak. Saya tidak peduli akan nilainya tapi saya hanya ingin lulus (nilainya pas 50 juga gapapa kok) secepatnya. Itu saja. Without any distractions.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire