samedi 11 février 2017

Moi, en tant qu'étudiante de FLE (10) : OSPEK JURUSAN part 6 (indonésien)

[bersambung dari part 5]

Hari itu pun tiba. Aku ingat tanggalnya, 2-3 November 2013. Kami sarapan bersama para pembimbing, kemudian kami mendapat pengumuman dari monsieur Riswanda (salah satu dosen kami) agar kami semangat. Kemudian kami langsung berangkat menuju tempat tujuan yang bernama (kalau tidak salah) Parongpong, aku tidak begitu ingat. Aku merasa tidak kuat menaiki tanjakan di alam bebas, namun aku merasa dipaksa untuk melanjutkan hingga kami tiba. Jujur saja, ini pertama kalinya aku berkemah di alam bebas. Saat itu aku mulai merasa bahwa atribut dan tempat itu tidak dipikirkan oleh para panitia.

Kemudian kami membangun tenda. Kami menyewa 4 karena satu tenda untuk 2 kelompok dan para mahasiswa laki-laki tidur di tenda pramuka. Setelah itu, kami diberi materi P3K oleh KSR (Korps Sukarelawan) dan Survive di Alam Bebas oleh Mapad Purpala. Setelah pematerian, kami langsung makan siang, namun... Timdis mengganggu kami lagi. Kak Alifia meledekku karena berdekatan dengan ketua kelompokku (jujur aja, AKU BENCI DIPISAHKAN KETIKA BERSAMA ORANG YANG AKU CINTAI). Siksaan terberat pun kami hadapi kembali. Timdis tambahan kami hanyalah 6 orang dari angkatan 2009, dan salah satunya terlihat seperti Timdis "langganan" (c'est-à-dire, dia sudah bertahun-tahun menjadi Timdis). Tak kusangka, kami diminta makan dalam satu trashbag bersamaan. Setelah itu, ketua angkatan kami membaca atribut PAB yang dibawa. Alhamdulillah, aku tidak ada kesalahan sama sekali. Namun lagi-lagi kami dihukum secara fisik, melanjutkan hukuman yang kami dapatkan ketika LDKM, yaitu push-up, namun aku lupa harus melakukan itu berapa kali. Kemudian kami berganti pakaian di dalam tenda. Timdis pergi, para pembimbing datang lagi. Kemudian kami semua langsung shalat ashar.

Setelah ashar, Tim simulasi datang menghibur kami dengan games. Setelah menyanyi dan bermain satu permainan, Timdis pun datang lagi dan mereka ingin bermain games dengan kami. Kami menyanyikan yel-yel angkatan kami dan yel-yel untuk Timdis yang telah kami revisi. Kami bermain dua games, kemudian kami menyanyikan yel-yel hingga akhirnya mereka meninggalkan kami.

Kami langsung shalat maghrib dan isya, kemudian makan malam, kemudian talent show dari tiap kelompok. Kelompokku hanya medley tiga lagu: Perahu Kertas (Maudy Ayunda), Firasat (Raisa, originally by Marcell Siahaan), dan Lebih Indah (Adera). Kelompok yang paling lucu adalah kelompoknya Aldi karena mereka membaca puisi berantai tentang Kemerdekaan, Kisah Cinta dan Ayam Ternakku. Setelah talent show, kami langsung tidur di tenda masing-masing.

Tengah malam, kami dibangunkan oleh Timdis. Malam itu dingin sekali. Aku tak kuat menahan dinginnya (I almost suffocated at that time, though). Kami akan tracking malam di hutan. Kami diberikan minyak ikan untuk daya tahan tubuh. Pembimbing yang menemani kelompok kami adalah kak Amira (yang Januari 2017 baru dapet S.Pd, wkwkwkwk) dan kak Patria (seseorang yang menginspirasiku untuk semangat kuliah). Kami mengikuti simulasi kepemimpinan dari kak Ega, dan kakak-kakak lainnya. Namun di post bayangan, kami diharuskan memakan bawang putih dan rasanya ingin muntah (untung nggak bilang kalo aku sukaaaaaaaaaa banget bawang putih), namun itu untuk daya tahan tubuh kami. Di post bayangan terakhir, kami harus merangkak di lumpur seperti para tentara yang sedang diklat (pendidikan latihan).

Dalam keadaan kotor, akhirnya kami tiba di post terakhir, dan sudah ada Président de l'AEDF (saat aku jadi maru, kak Satria ketua himpunannya), kak Dedi (ketua komisi 1 sénat saat itu) dan kak Tria (ketua senat saat itu), serta kak Patria yang telah menemani kami di hutan. Kami mengeluarkan sedikit uneg-uneg dan komentar, namun aku hanya diam, walau aku telah merasa disiksa oleh Timdis. Setelah berkomentar dan mengeluarkan uneg-uneg, kami langsung membersihkan diri, kemudian siap-siap untuk shalat subuh. Aku memakai rok dan atasan pink, namun sayangnya aku tidak membawa kaus kaki cadangan.

[bersambung...]

1 commentaire: