jeudi 2 février 2017

Moi, en tant qu'étudiante de FLE (8) : OSPEK JURUSAN part 4 (indonésien)

[bersambung dari part 3]

Beberapa hari kemudian, aku izin tidak ikut acara dari para pembimbing karena aku harus les di IFI (Institut Français d'Indonésie). Temanku bercerita bahwa saat itu juga, kami berani sekali terhadap Timdis, karena mereka mengganggu acara kami dengan para pembimbing. Aku agak cemas, namun untungnya, temanku Fatma izin sebelum Timdis tiba-tiba datang. Kami berdua merasa aman. Saat itu, kami diberikan dua buah lagu, yaitu mars dan hymne AEDF.

Empat hari sebelum LDKM (Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa), kami dievaluasi kembali oleh Timdis. Satu-satunya dari kami yang berani menghadapi Timdis adalah Djuuna, teman sekelompokku. Kami diharuskan mengumpulkan tanda tangan kakak tingkat, minimal 80 buah. Bagiku itu sangat banyak, namun kami harus berusaha. Salah satu anggota kelompokku, Fatma, mendapat tanda tangan Timdis, yaitu ketika dia berkumpul di Ikatan Mahasiswa Tasikmalaya. Kali ini yang paling banyak omong adalah salah satu anggota Timdis angkatan 2011 yang mengenakan kerudung. Ia memanggilku ke depan dan ia bilang pada teman-temanku bahwa aku adalah maru yang paling banyak menyapa, mengucapkan salam walau tidak dijawab. Saat itu aku adalah orang yang paling takut terhadap mereka. Hatiku terasa tenang karena mematuhi apa yang Timdis mau. Ketika evaluasi selesai, aku langsung menuju salah satu anggota dan mengucapkan salam. Lagi-lagi aku menangis sampai di basement.

Tanggal 19 Oktober 2013, hari pertama LDKM, kali ini pengujian mental semakin parah. Salah satu anggota kelompokku, Natasha, mengalami keseleo setelah jatuh dari tangga. Aku hanya mengalami migrain walau aku tidak mengaku sakit. Ada satu orang angkatan 2010 yang mengenakan kaos hitam bertuliskan TIMDIS, namanya kak Norman. Aku mengetahuinya lewat Djuuna yang sempat ditanya oleh Timdis sebelum berbaris menuju lokasi LDKM. Kami membuat kesalahan lagi, yaitu tanda tangan kurang dari 80 buah, yang tidak ikut LDKM ternyata melebihi kesepakatan (I think it was twice the deal) kami dan Timdis. Akhirnya kami dihukum secara fisik walau dua anggota kelompokku telah mengumpulkan lebih dari 80 tanda tangan, yaitu Djuuna (>101) dan Narita (>91). Kemudian kami semua pergi menuju SDN 05 Cipedes, namun karena asmaku kambuh, aku ditemani kak Norman dan salah satu anggota Timdis13 yang mengenakan kalung salib (dan saat itu aku tak tahu namanya). Aku berterima kasih pada mereka dan aku tiba paling terakhir di lokasi LDKM.

Kami diberikan beberapa materi kepemimpinan oleh kak Laviana (sekretaris umum AEDF 2013-2014), kak Azzam (wakil presiden BEM REMA UPI 2013) dan kak Popi (Pend. Bahasa Perancis angkatan 2007, saat ini beliau menjadi asisten dosen di departemen kami). Kemudian pada saat makan siang, kami dipaksa Timdis menyanyikan yel-yel Timdis yang masih belum kami sempurnakan liriknya. Kami benar-benar "disiksa" ketika makan siang hingga akhirnya........... datanglah sekelompok orang yang mengenakan baju hitam dan satu orang mengenakan atasan pink dan kerudung biru. Suaranya menggelegar. Jumlah Timdis menjadi dua kali lipat dari Timdis inti. Salah satunya orang yang pernah tanda tangan di buku bleu-blanc-rouge-ku, kak Tiarani (dan alhamdulillah aku nggak kena marah beliau saat itu...). Mereka adalah Timdis perwakilan angkatan 2009-2010.

Akhirnya kami semua shalat dzuhur dan aku melihat Damara tampak kesal, namun (mungkin) tidak berani mengeluarkannya. Setelah shalat, kami bermain games yang ada kaitannya dengan kekompakan dan bermanfaat untuk kepemimpinan. Kemudian, kami diberi materi lagi oleh kak Zamrud (angkatan 2009) dan kak Irma (angkatan 2008). Setelah pematerian, Timdis pun datang lagi untuk meminta kami berpendapat sesuai materi yang diberikan (debat dan decision making). Jantungku berdetak sangat kencang bahkan aku sulit mengatur nafasku saat itu. Setelah mereka pergi, akhirnya kami dihibur oleh tim simulasi yang terdiri atas kak Kiko, kak Oga, kak Tiana dan kak Ibay. Kami pun bermain games, kemudian makan malam, shalat maghrib dan shalat isya. Setelah shalat, kami menyimak materi terakhir dari kak Patria (angkatan 2009) mengenai teknik persidangan dalam sebuah organisasi. Saat itu beliau sedang mengerjakan skripsinya.

Setelah pematerian terakhir, kami memulai sidang pemilihan ketua angkatan tetap tahun 2013. Kursi peserta sidang dibentuk seperti huruf U agar kami semua dapat melihat ketiga presidium, yaitu Rizky, Vikitra dan Medira. Saat itu aku tidak kuat lagi menahan migrain-ku hingga akhirnya, teh Asku memintaku tidur di P3K. Aku tak tahan mendengar point of information, point of order, dll. berulang kali dan membuat kami semua dipersulit.

Tak lama kemudian, aku bangun dan di kananku sudah ada Zahra, kemudian ada Riyanti, kemudian ada Illa (ia sudah pindah ke departemen PGSD Kampus Daerah). Kemudian, koordinator LDKM pun juga pingsan, bahkan kerudungnya dilepas. Sepertinya aku mendengar Timdis marah-marah dan akhirnya sidang ditunda hingga esok pagi. Kami sangat lelah dan harus segera beristirahat.

[bersambung...]

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire