jeudi 2 juin 2016

rédaction trilingue

Boleh ngomong gak? Every person has right to speak up.

Aku nggak setuju sama pendapat temenku (lawan jenis sih) dari lembaga bahasa mengenai "sibuk" hanya karena menganalogikan lamanya satu hari. Sangat nggak setuju. Kenapa? Kronologis sebenernya gini, aku pernah curhat mengenai temen SMA yang pernah jalan sama aku dan dia pernah banget minta waktu di saat aku bener-bener lagi sibuk. Temen SMA-ku ini kuliah di kampus swasta di mana angkatan 2013 itu angkatan pertama di kampusnya, sedangkan kampusku sudah berdiri sejak hampir 62 tahun yang lalu. I have to admit that walau aku bukan petinggi di kampus, AKU MEMILIKI BANYAK KERJAAN SAAT ITU SAMPAI NGGAK ADA SAMA SEKALI WAKTU KOSONG, dan dia malah exaggerate bahwa dia lebih sibuk dari aku. SALAH. Sebenernya aku yang lebih sibuk dari dia, baik segi akademik dan organisasi pada saat itu, kira-kira sudah hampir setahun yang lalu lah. Aku pun marah sampai-sampai aku hampir menangin argumenku. Istilahnya mah, walau kampus lu baru berdiri di bidang ormawanya, tetep aja lebih "pusing" gue ngurusin ormawa gue daripada lu urusin ormawa lu. Hingga akhirnya ketika dating terakhir, aku judesin dia biar dia mikir sendiri masalahnya dan... qu'il soit désolé (hope you're sorry), HAHA.

Revenons à nos moutons! Mengenai sibuk... yang bikin aku KECEWA BERAT adalah ketika ia memotong pembicaraanku mengenai itu. Dia ga sependapat sama aku dong, gimana aku nggak kesel coba. Trus dia cerita aja blak-blakan mengenai prioritasnya waktu pacaran, sesibuk apapun dia. Honestly, if I were you, I'd make other important things (e.g: studies, family, future) as my priority, no matter how busy I am. Jadi mohon maaf ya kalo aku duakan. Kalo emang gak suka orang sesibuk aku, cari orang lain aja gih! Je n'ai besoin qu'une personne qui m'accepte tel que je suis, malgré que je sois occupée.

But then again, I remember this quote: "Personne n'est trop occupé, ça dépend juste où on est dans sa liste de priorité" (Nobody's too busy, it just depends where one is in one's priority list). I agree. Semuanya emang tentang prioritas. Everyone has a very different priority, which one's the most important and which one's not. Buat aku, yang paling penting tuh masa studi, lulus, dan kerja. Seandainya aku memiliki seorang kekasih, kalau dia ngakunya serius (paling itu mah wacana doang ny*t) atau bahkan dia nggak bener-bener serius, buat apa dinomor-satukan? Means that... tetep aja tiga hal tadi adalah prioritasku. Entah orang lain gimana, apa yg ada di prioritasnya, da aku mah ga ngurusin hidup orang, HAHA.


En conclusion, il me semble bien qu'être occupé soit une chose qu'on ne peut jamais empêcher, non seulement cela, mais aussi la priorité, exactement. Quelques-uns disent qu'on peut juste s'occuper de ce qui est important, tandis que quelques-autres disent que... peu importe comment est-on occupé, on doit avoir du temps pour les autres par exemple pour quelqu'un de spécial, peut-être. Alors, le choix est à vous.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire