jeudi 22 septembre 2016

j'écris en indonésien avec un peu de mélange en français et en anglais

Mendadak saya teringat pertanyaan ekstrem yang pernah saya tanyakan di forum audiensi di jurusan tempat saya kuliah...

Saya paham betul mengenai alasan mengapa penulisan skripsi di jurusan tempat saya kuliah harus dalam bahasa Indonesia dan bukan dalam bahasa Perancis. Namun hal yang pernah kutanyakan mengenai penggunaan bahasa Perancis baik secara lisan maupun secara tertulis, adalah tentang tugas selain skripsi (entah itu paper, makalah [yang bukan di ranah MKDU, tentunya], presentasi, dll).

Sejujurnya, saya sangat menyayangkan para mahasiswa yang menginginkan sebuah tugas/presentasi dalam bahasa Indonesia ketimbang bahasa Perancis. I mean... saya tahu, mengembangkan bahasa Indonesia (bagi orang Indonesia) bertujuan untuk mempertahankan bahasa ibu. Namun, sangat disayangkan bahwa setelah satu, dua, tiga, empat, bahkan bertahun-tahun kuliah/belajar bahasa Perancis, pada akhirnya apapun harus berbahasa Indonesia. Dan sejujurnya, saya (karena saya orangnya mudah lupa atau biasa disebut short-term memory) SANGAT TIDAK SETUJU.

Dari situ, saya bahkan mengetahui bahwa banyak para alumni yang bekerja di tempat yang tidak sesuai bidangnya. Meskpun mereka (alhamdulillah) sukses, saya tetap menyayangkan hal itu. Saya pun berpikir, bagaimana jika hal itu terjadi kepada saya. Saya pasti akan lupa bahasa Perancis secara struktural, atau dalam bahasa linguistik disebut fossilization. Tentunya saya tidak akan pernah bisa menerimanya dengan ikhlas dan juga legowo. Bagaimanapun caranya, saya tetap ingin mempertahankan bahasa asing yang sudah saya pelajari selama bertahun-tahun. Entah dengan cara apa lagi selain membagikannya (baca: menjadi pengajar bahasa Perancis) atau mengembangkannya lewat tulisan (misalnya menulis blog tentang francophile alias pecinta Perancis atau tentang lifestyle dalam bahasa Perancis), parce que ce sont les seuls savoir-faire que je possède actuellement et non les autres.

Apa yang saya alami saat ini sudah pernah saya alami sejak saya menduduki semester enam bahkan semester sebelumnya. Apapun dikerjakan/dilakukan dalam bahasa Indonesia, yang juga menghindari pengembangan bahasa Perancis bagi para mahasiswa, seperti tidak bertahannya JEUDI EN FRANÇAIS (Kamis Perancis—yaitu program yang dicetuskan oleh teman saya di kemendik hima), tugas-tugas kuliah yang seharusnya menggunakan bahasa Perancis pada semester 4 ke atas, dll.


Anda ingin berkomentar (entah itu pro atau kontra)? Silakan. Car de toute façon, n'importe où, je préserverai TOUJOURS la langue que j'aime: LA LANGUE DE MOLIÈRE.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire